Tradisi Sekatenan di Solo: Wujud Cinta Terhadap Kanjeng Nabi & Pengharapan Berkah
"Simbol-simbol ini yang harus kami jaga, kami pegang, kami laksanakan secara turun-temurun," beber dia.
Sementara itu, Pengageng Parentah Keraton Kasunanan Surakarta KGPH Dipokusumo menambahkan Pareden Garebeg Mulud Tahun JE 1958 diadakan atas perintah dan dibiayai secara utuh oleh PB XIII.
“Jadi PB XIII memberikan pasang gunungan (2 putri, 2 laki-laki), berikut dengan isi dari kotak camtoko (gunungan)," kata dia.
Dia menambahkan PB XIII, GKR Pakoe Boewono, Putra Mahkota KGPAA Hamangkunegoro Sudibya Rajaputra Narendra Mataram, GKR Timoer Rumbai, Gusti Devi, Gusti Ratih, dan Gusti Putri Purnaningrum dalam acara adat ini juga membagikan udik-udik (tradisi membagikan uang receh kepada masyarakat) di depan Pintu Kamandungan Kraton Surakarta Hadiningrat
Di sisi lain, sejumlah masyarakat memaknai Sekaten dengan beragam. Salah satunya Sabrina asal Karanganyar datang bersama sejumlah temannya. Perumpan yang merupakan mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo itu menunggu kedatangan rombongan Keraton Surakarta tepat di depan Masjid Agung Solo.
Mengenakan hijab dan almamater berwarna biru telur bebek, dia ikut berdesak-desakan. Saat ditanya, dia mengaku datang untuk untuk mengerjakan tugas kuliahnya.
"Ada tugas mata kuliah yang disuruh ke sini. Sekaten setahu saya yang diadakan sama Keraton Solo," katanya.
Di belakangnya ada seorang kakek bernama Sumadi (60) warga Gonilan, Solo yang tengah berdiri. Dia mangaku mengaku selalu datang ketika Grebeg Maulud yang diselenggarakan oleh Keraton Solo. Sumadi memaknai Sekaten sebagai bentuk kecintaan kepada Nabi Muhammad.
Puncak tradisi Sekatenan Keraton Kasunanan Surakarta ditutup dengan digelarnya Grebeg Maulud pada 12 Rabiul Awal 1446 H atau Senin (16/9) 2024.
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jateng di Google News