Pola Komsumsi Barang Mahal di Kudus Picu Inflasi
"Sepanjang fluktuasi harganya masih kategori normal dan stok barang di pasaran juga masih tersedia, tentunya ada kenaikan inflasi sekalipun daya beli masyarakat tetap terjaga," ujar Agung yang juga Kepala Bagian Perekonomian Setda Kabupaten Kudus.
Baca Juga:
Berbeda ketika terjadi inflasi ternyata stok barang yang dibutuhkan masyarakat sangat terbatas, tentunya bisa memicu terjadinya lonjakan harga yang lebih tinggi.
Menurutnya hal terpenting bagi Kudus adalah stok kebutuhan pokok masyarakat terjaga, meskipun hampir semua komoditas dipasok dari luar daerah.
Sebelumnya, BPS Kudus mencatat laju inflasi tahunan per Mei 2022 mencapai 4,25 persen dan jauh lebih tinggi dibandingkan Jateng maupun nasional.
Sementara tingkat inflasi Kudus pada Mei 2022 cukup rendah, karena bulan sebelumnya sudah tinggi sebesar 1,27 persen.
Tingkat inflasi itu bahkan paling rendah dibandingkan dengan lima kota Survei Biaya Hidup (SBH) di Jateng, seperti Kota Tegal sebesar 1,03 persen, Kota Surakarta sebesar 0,71 persen, Kota Purwokerto sebesar 0,63 persen, Kota Cilacap sebesar 0,59 persen, Kota Semarang sebesar 0,53 persen, dan Kota Kudus sebesar 0,38 persen.(antara/jpnn)
TPID Kudus menduga pola konsumsi barang dengan harga mahal memicu inflasi di kabupaten tersebut.
Redaktur & Reporter : Sigit Aulia Firdaus
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jateng di Google News