Pola Komsumsi Barang Mahal di Kudus Picu Inflasi
jateng.jpnn.com, KUDUS - Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, berupaya menjaga kestabilan laju inflasi dengan menjaga kestabilan harga serta ketersediaan bahan pangan yang dibutuhkan masyarakat.
Menurut Anggota TPID Kabupaten Kudus Dwi Agung Hartono, Kudus sering kali mengalami inflasi yang disebabkan karena pola konsumsi masyarakat yang cenderung lebih mengutamakan kualitas barang yang dibeli, sehingga harga mahal sekalipun tetap dibeli.
Hal itu, kata dia, juga didukung dengan rata-rata penghasilan masyarakat Kudus tetap, sehingga daya belinya juga terjaga.
"Komoditas yang dipilih rata-rata harganya mahal, maka diduga memicu terjadinya inflasi di Kudus, katanya, Kamis (9/6).
Selain itu, lanjutnya, situasi pandemi Covid-19 yang masih berlangsung juga ikut menjadi penyumbang terjadinya inflasi di Kudus selama dua tahun terakhir.
Menurutnya tingkat inflasi tahunan per Mei 2022 yang mencapai 4,25 persen di Kudus, tergolong tinggi.
Untuk itu, pihaknya merekomendasikan kepada Dinas Perdagangan Kudus agar melaksanakan monitoring perkembangan harga, pengawasan distribusi dan pengendalian harga barang kebutuhan pokok dan barang penting lainnya.
Selain itu, Dinas Pertanian dan Pangan juga direkomendasikan untuk terus memantau dan menjaga ketersediaan pangan agar harga jual di pasar tidak terdongkrak naik.
TPID Kudus menduga pola konsumsi barang dengan harga mahal memicu inflasi di kabupaten tersebut.
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jateng di Google News