Konkretisasi Program Penurunan Stunting di Jateng, Kota Wali Jadi Bukti
![Konkretisasi Program Penurunan Stunting di Jateng, Kota Wali Jadi Bukti - JPNN.com Jateng](https://cloud.jpnn.com/photo/jatim/news/normal/2023/10/27/seorang-ibu-memeriksakan-kesehatan-bayinya-di-posyandu-desa-eo3b.jpg)
Menurutnya, kolaborasi dan sinergitas menjadi poin penting dalam percepatan penurunan stunting di Demak. Dia menyebut, acara tersebut diikuti sebanyak 550 mitra kerja penanganan stunting dari Organisasi Fatayat dan Muslimat NU di 14 kecamatan di Demak.
“Dengan acara tersebut diharapkan paradigma penangan stunting dari pusat hingga daerah bisa sama,” katanya.
Pravelensi Stunting Masih Mengkhawatirkan
Kepedulian masyarakat tentang isu stunting memang harus terus ditingkatkan. Saat ini, Indonesia sedang menghadapi ancaman serius “generasi emas 2045” karena masih tingginya angka prevalensi stunting.
Masih menurut SGSI, kasus stunting di Indonesia pada 2022 mencapai 21,6%. Jawa Tengah sendiri menduduki peringkat 15 dengan kasus stunting terendah secara nasional dengan angka 20,8%. Artinya, 2 dari 10 bayi yang lahir di Jateng masih mengalami stunting.
Kepala Perwakilan BKKBN Jawa Tengah, Eka Sulistia Ediningsih mengatakan, meski prevalensi stunting di provinsi ini di bawah rata-rata nasional, tetapi angkanya masih terpaut tipis.
Eka menjelaskan stunting itu bukan penyakit, tetapi membahayakan kemajuan bangsa dan negara sehingga harus dicegah.
“Anak pendek tidak mesti stunting, tetapi anak stunting itu pendek dan kurus. Yang memprihatinkan adalah stunting ini menggangu perkembangan otak,” katanya saat ditemui JPNN.com Jateng di Demak, Sabtu (7/10)
Program penurunan stunting di Jateng membutuhkan konkretisasi supaya bisa mengaka di masyarakat. Demak Kota wali sudah membuktikannya.
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jateng di Google News