Konkretisasi Program Penurunan Stunting di Jateng, Kota Wali Jadi Bukti
Bupati Demak Eisti'anah mengatakan pihaknya melakukan berbagai upaya untuk mewujudkan kabupaten berjuluk Kota Wali itu bebas dari stunting. Salah satu upayanya adalah dengan meningkatkan sumber daya yang berkualitas dan berdaya saing melalui peningkatan kualitas dan aksesibilitas pelayanan kesehatan.
Dia menyebut kasus stunting tertinggi di Demak saat ini berada di Kecamatan Guntur, Bonang, dan Dempet. Pihaknya pun sudah menentukan fokus penanganan di 34 desa sebagai lokus stunting di Demak. Pada 2024, Pemkab Demak menargetkan angka prevalensi stunting sebesar 11,16%.
“Demak menjadi Kabupaten/Kota kedua di Jawa Tengah yang angka prevalensi stunting turun paling banyak, setelah Kota Semarang,” ujarnya.
Menurut dia, prestasi tersebut bukan hasil dari kerja Pemkab Demak semata. Bupati menyebut, peran corporate social responsibility (CSR) yang menggelontorkan bantuan untuk penanganan stunting juga sangat berpengaruh.
Selain itu, lanjut dia, sejumlah program dari Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah (Jateng) juga mudah diimplementasikan di masyarakat. Program-program tersebut di antaranya Jo Kawin Bocah, Jateng Gayeng Nginceng Wong Meteng, dan Jogo Tonggo.
Eisti'anah menyampaikan pada Peringatan Hari Santri Nasional (HSN) 2023, pihaknya mengumpulkan sekitar 500 santri untuk dikenalkan program Jo Kawin Bocah di Pendopo Kabupaten Demak.
“Anak disarankan jangan menikah di bawah umur 20 tahun, karena kalau hamil bayinya beresiko mengalami stunting,” katanya.
Pada, Sabtu (7/10) lalu, Kabupaten Demak dipilih BKKBN RI menjadi tuan rumah penyelenggaraan Sosialisasi dan Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) Program Bangga Kencana dan Percepatan Penurunan Stunting bersama Mitra Kerja dengan tema “Cegah Stunting itu Penting”.
Program penurunan stunting di Jateng membutuhkan konkretisasi supaya bisa mengaka di masyarakat. Demak Kota wali sudah membuktikannya.
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jateng di Google News