Konkretisasi Program Penurunan Stunting di Jateng, Kota Wali Jadi Bukti
Menurutnya, anak stunting akan susah belajar dengan baik dan susah berkembang. Para pakar mengatakan bahwa yang juga membahayakan, anak stunting kalau sudah dewasa terancam mengidap penyakit yang berkaitan dengan metabolik antara lain diabetes dan darah tinggi.
“Jadi stunting harus kita upayakan untuk menghilang dari Provinsi Jawa tengah. Penurunan stunting di Demak memang turun drastis, tetapi harus terus diupayakan supaya bisa hilang,” katanya.
Eka menyebut pencegahan stunting bisa dilakukan sebelum calon pengantin memutuskan untuk menikah.
“Calon pengantin harus memeriksakan kesehatannya, minimal tiga bulan sebelum menikah,” ujarnya.
Dia menjelaskan ciri-ciri anak yang lahir stunting adalah berat badan kurang dari 2,5 kg, lalu tinggi atau panjangnya kurang dari 48 cm.
Pemprov Jateng telah membuat sejumlah program penurunan stunting sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021. Sejumlah program tersebut telah diimplementasikan dengan sangat baik di tingkat kabupaten/kota, termasuk Demak.
“Ada program Jateng Gayeng nginceng wong meteng. Kita ikut melihat apakah tetangga kita sudah menjaga kehamilannya dan sudah memeriksa kehamilannya selama kehamilan minimal enam kali,” katanya.
Sementara itu, Inspektur Utama BKKBN RI Ari Dwikora Tono mengatakan Indonesia akan mengalami bonus demografi yang memuncak pada 2045. Untuk sampai ke sana, pemerintah harus menyiapkan jalannya secara serius supaya munculnya generasi emas 2045 bukan jadi harapan belaka.
Program penurunan stunting di Jateng membutuhkan konkretisasi supaya bisa mengaka di masyarakat. Demak Kota wali sudah membuktikannya.
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jateng di Google News