Melacak Sejarah Dugderan di Semarang: Tradisi Pemersatu Perbedaan Awal Ramadan

Sabtu, 09 Maret 2024 – 16:43 WIB
Melacak Sejarah Dugderan di Semarang: Tradisi Pemersatu Perbedaan Awal Ramadan - JPNN.com Jateng
Gelaran Dugderan menyambut bulan ramadan. FOTO: Humas Pemkot Semarang.

"Tradisi Dugderan merupakan ide dari umara (pemerintah) dan ulama besar. Dalam konteks budaya Jawa yang masih feodalis dan paternalisti, memungkinkan peran yang sangan besat dari kalangan pejabat ditambah ulama berpengaruh untuk mencintapkan karya fenomenal yang memengaruhi masyarakat," tulis Niels Mulder.

Sementara itu, menurut pemerhati sejarah Kota Semarang Johanes Christiono mengatakan esensi yang ada dalam Dugderan menjadikan tradisi turun temurun penentuan awal puasa.

"Dulu sebelum puasa dibuatkan acara khusus dengan membunyikan petasan. Pada tahun 80-an memakai bom udara. Namun, beberapa tahun kemudian bom udara itu dihentikan karena dibangun menara di Masjid Kauman," katanya, Sabtu (9/3).

Kemudian, kata dia, bom udara itu diganti dengan membunyikan sirene. "Bom udara jika diledakan di udara bisa sampai radius 5 kilometer," ujarnya.

Makna Warak Ngendog

Dugderan, kata Johanes, identik dengan hewan mitologi masyarakat Semarang, yakni Warak Ngendog yang berbentuk hewan berkaki empat dengan leher panjang, berbulu keriting (bisa juga lurus atau acak-acakan) dengan aneka warna khususnya merah, putih, kuning, hijau dengan sudut-sudut tubuh dan kepala yang lurus.

"Di sini muncul interpretasi eksistensi makhluk imajiner ini dengan keragaman penduduk Kota Semarang pada khususnya. Bentuk fisik Warak Ngendog kepalanya naga, bulunya burung, kakinya kambing. Itu, kan, gabungan China, Arab, dan Jawa," ujarnya.

Buku Programa Dugderan Masjid Besar Semarang cetakan 2004 menjelaskan Warak Ngendog muncul dengan perwakilan setiap suku yang ada di Kota Semarang. Unsur Jawa yang mewakili postur mirip kambing, unsur Cina dengan kepalanya yang naga, sedangkan unsur Arab diwakili dengan bulu-bulu rambutnya yang keriting dan leher yang panjang serupa unta.

Dugderan menjadi tradisi tahunan di Kota Semarang sebagai penanda akan datangnya bulan Ramadan.
Facebook JPNN.com Jateng Twitter JPNN.com Jateng Pinterest JPNN.com Jateng Linkedin JPNN.com Jateng Flipboard JPNN.com Jateng Line JPNN.com Jateng JPNN.com Jateng

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jateng di Google News