Cerita Doni dan Yanto, Penjual Es Teh di Tengah Lautan Demonstran
"Iya, kalau ada demo seperti ini bisa laku sampai 100 gelas bahkan lebih," kata Doni yang sehari-hari menjual es teh keliling di Kota Semarang.
Di saat Ramadan, minuman racikannya itu tetap laku diserbu pembeli. Dia mengaku kewalahan ketika mendekati waktu berbuka puasa.
Pria kelahiran Kota Lumpia itu menjual tiap gelas es teh seharga Rp 5 ribu. Dia juga memiliki menu lain, seperti es jeruk dan air mineral.
"Harganya sama, semua goceng. Ada yang hangat juga," imbuh Doni yang sudah lima tahun menjual es teh di setiap aksi unjuk rasa.
Cerita lain datang dari Yanto, teman seprofesi Doni yang memanfaatkan aksi Aliansi Jawa Tengah Menggugat.
"Dulu, saya jualan es teh masih murah harganya," tuturnya.
Pria berusia 40 tahun itu mulai menjual es teh dengan harga Rp 2 ribu hingga sekarang serentak penjual bersepakat membanderol tiap gelas Rp 5 ribu.
Sejumlah pengalaman buruk pernah dia rasakan selama menjual es teh bila ada demo yang ricuh. Namun, sekarang ini dia telah menemukan ritme massa yang berpotensi ricuh maupun aksi damai.
Aksi demo di Semarang memberi berkah tersendiri bagi para penjual minuman, seperti es teh, air mineral, dan sejenisnya. Keuntungan bisa dua kali lipat.
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jateng di Google News