Belasan Santriwati jadi Korban Rudapaksa Kiai di Batang, Ganjar Murka
Ganjar mengaku marah dengan peristiwa itu. Menurutnya, kasus tersebut sangat serius di dunia pendidikan. Pihaknya akan menerjunkan tim ke lokasi untuk menindaklanjuti kasus itu.
Posko pengaduan akan dibuka agar jika ada korban lain bisa mengadukan. Tim trauma healing juga akan diturunkan untuk membantu psikologis para korban.
"Tentu kami marah, apalagi korbannya masih anak-anak. Bagi kami ini serius karena anak kita itu harus dilindungi, bukan untuk dikerasi dalam bentuk apapun," kata Ganjar.
Pihaknya akan menggandeng Kementerian Agama untuk mengevaluasi pondok pesantren itu. Sebab di lokasi juga terdapat sekolah madrasah.
"Akan kita evaluasi. Tidak hanya pencabulan, bisa juga bullying dan kejadian tidak sesuai lainnya, apakah semuanya layak. Kalau tidak, ya kita tutup," katanya.
Dia menyebut kasus ini bukan yang pertama. Pada September 2022, di Batang ada kasus serupa dengan korban sebanyak 22 orang.
"Pengawasan pada sekolah, pondok pesantren dan tempat lainnya mesti lebih ketat," ujarnya.
"Bersama Kemenag akan kami carikan solusinya. Misalnya nanti kita pasang nomor aduan di semua sekolah dan pondok agar semua berani melapor. Tidak hanya pencabulan, bisa juga bullying dan kejadian tidak sesuai lainnya," jelasnya.
Ganjar Pranowo terlihat murka ketika menanyai kiai yang merudapaksa santriwatinya di Mapolres Batang (11/4).
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jateng di Google News