Ganjar Tampil di Azan Televisi, Ketua PBNU Beri Tanggapan, Apa Katanya?
jateng.jpnn.com, SEMARANG - Tayangan azan yang menampilkan bakal calon presiden (bacapres) Ganjar Pranowo di sebuah televisi swasta memunculkan banyak komentar pro dan kontra.
Salah satu komentar juga dilontarkan oleh Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Nasyirul Falah Amru.
Pria yang akrab disapa Gus Falah itu menyatakan tayangan azan yang menampilkan Ganjar bukan politik identitas.
Menurut dia, praktik politik identitas berwujud "penyerangan" terhadap tokoh, kandidat, maupun kelompok dengan identitas suku, ras, gender, maupun agama tertentu.
"Politik identitas yang harus ditolak adalah mengapitalisasi perbedaan ras, etnis, gender, maupun agama untuk tujuan politik tertentu," kata anggota DPR itu, Rabu (13/9).
Dia mencontohkan politik identitas pernah untuk menyerang Megawati Soekarnoputri pada Pemilu 1999. Kala itu propaganda bahwa perempuan tidak boleh jadi pemimpin, dan propaganda itu menjadikan dalil-dalil agama sebagai pembenaran.
"Inilah politik identitas, menyerang identitas, dalam hal ini gender orang lain dengan menjadikan agama sebagai pembenaran untuk tujuan politik," ungkapnya.
Selain itu, politik identitas juga digunakan pada Pemilu Gubernur (Pilgub) DKI Jakarta 2017. Kala itu propaganda yang dimainkan adalah ajakan untuk tidak memilih kandidat yang tidak beragama tertentu.
Ketua PBNU Nasyirul Falah Amru (Gus Falah) memberikan tanggapannya soal tayangan azan yang menampilkan bakal calon presiden (bacapres) Ganjar Pranowo.
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jateng di Google News