Lokananta, 15 Maret 1965, dan Kisah Koleksi Langka Vinil Genjer-Genjer di Sana

Piringan hitam itu tidak dipamerkan secara terbuka. Pengunjung yang ingin melihatnya harus mengajukan permohonan tertulis terlebih dahulu.
"Saat ini disimpan di ruang arsip Lokananta, tidak didisplai,” papar Anggit.
Pria yang setiap hari berkantor di Lokananta itu mengatakan arsip tentang Genjer-Genjer tidak menyebut nama Muhammad Arif sebagai pengarangnya.
Arsip di anak usaha Perum Percetakan Negara Republik Indonesia (PNRI) tersebut menunjukkan pencipta lagu itu ditulis anonim dengan kode N.N.
"Di Lokananta itu (pengarang Genjer-Genjer, red) no name (tanpa nama, red),” tegas dia. Memang Genjer-Genjer rekaman Lokananta sempat dilepas ke pasar.
Namun, piringan hitamnya ditarik dari pasaran setelah tragedi G 30 S/PKI. “Sebenarnya banyak juga yang sudah terjual, ada beberapa penjual online yang menjual piringan itu," ucapnya.
Dosen etnomusikologi dari Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta Aris Setiawan mengatakan Genjer-Genjer pada awalnya bukanlah lagu propaganda.
Menurut dia, lirik dalam lagu itu juga tidak berkaitan dengan politik maupun kritik langsung kepada penguasa.
Lagu Genjer-Genjer awalnya bukanlah alat propaganda politik. Sebelum 'Genjer'Genjer' dibawa ke Jakarta, ada seniman Jawa Timur yang merekamnya di Lokananta.
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jateng di Google News