Lokananta, 15 Maret 1965, dan Kisah Koleksi Langka Vinil Genjer-Genjer di Sana

“Genjer itu sebenarnya adalah sejenis rumput yang bisa dimakan," paparnya.
Banyak kalangan menganggap genjer sebagai makanan orang miskin yang tidak mampu membeli sayuran. Namun, Aris tak sependapat dengan anggapan itu.
“Makan genjer itu sesuatu yang lumrah di kalangan masyarakat Banyuwangi. Dibuat sayur juga enak," tegas dia.
Popularitas Genjer-Genjer tidak hanya di Banyuwangi.
Lagu itu memengaruhi tradisi kesenian di Jawa Timur. Genjer-Genjer versi gamelan merupakan buah pengaruhnya pada seni karawitan.
"Terinspirasi dari lagu Genjer-Genjer, kemudian diproduksi menjadi karawitan Jawa Timuran," tutur Aris.
Lagu itu begitu kondang, sehingga PKI pun mengadopsinya. Partai politik penganut komunisme itu membentuk Lembaga Kebudayaan Rakyat atau Lekra.
Melalui Lekra, PKI menyerap aspirasi seni dan tradisi di Nusantara. Pengarang lirik Genjer-Genjer pun bergabung dengan Lekra.
Genjer-Genjer pun seolah-olah menjadi ‘signature song’ bagi PKI. Lagu itu menyemarakkan acara-acara partai pimpinan DN Aidit tersebut. Namun, tragedi 30 September 1965 menjadi titik balik bagi PKI.
Lagu Genjer-Genjer awalnya bukanlah alat propaganda politik. Sebelum 'Genjer'Genjer' dibawa ke Jakarta, ada seniman Jawa Timur yang merekamnya di Lokananta.
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jateng di Google News