Kisah Yusuf, 13 Tahun Berjuang Agar Eks Napiter Bisa Hidup Normal
Di Semarang, kehidupan kemudian berjalan normal. Yusuf menikah dan mendapatkan pekerjaan di sebuah rumah makan. Namun, kehidupan yang demikian itu ternyata tidak bertahan lama.
Yusuf dipecat lantaran masa lalunya sebagai eks napiter terungkap. Seusai peristiwa itu, dia bingung harus bekerja di mana atau menjalankan usaha apa karena stigma sebagai napi teroris masih sangat kuat di masyarakat.
Di tengah kerisauannya itu, dia dipertemukan dengan pegiat rekonsiliasi terorisme Noor Huda Ismail sekaligus pendiri Yasasan Prasasti Perdamaian (YPP). Huda menyarankan untuk membuka sebuah usaha dan siap membantu mencarikan modal.
Pada 2011, Yusuf dan sejumlah rekannya mendirikan rumah makan Dapoer Bistik di Semarang, serta berhasil membuka cabang di Solo. Pikirannya waktu itu sangat sederhana, makin besar bisnis yang dikelola makin banyak pula eks napiter yang bisa diajak untuk mencari rezeki bersama.
Sayangnya, Dapoer Bistik di Semarang hanya mampu bertahan 3 tahun, sedangkan cabang di Solo tutup pada tahun ke enam. Beruntung, dia masih memiliki bisnis penyewaan mobil di bawah naungan Rema Group Semarang.
Dirikan Persadani untuk eks napiter
Yusuf menjalani kerasnya kehidupan pasca-keluar dari lapas. Kendati demikian, empatinya terhadap para eks napiter lainnya tidak hilang. Dia sejak 2009 aktif melakukan pendampingan kepada eks napiter dan keluarga teroris yang tertangkap.
Pendampingan terhadap eks napiter dia lakukan secara pribadi karena minimnya peran pemerintah. Selain itu, dia tidak tidak ingin eks napiter lain mengalami nasib seperti dirinya.
Lika-liku kehidupan yang dijalani Machmudi Hariono alias Yusuf mengubahnya menjadi sosok berbeda. Ikuti kisah eks napiter ini.
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jateng di Google News