Dari Solo Menembus UNESCO, Sejarah yang Tak Sekadar Euforia

“Diketuailah oleh Prof. Panggah saat itu. Walaupun akhirnya saya yang ditunjuk untuk menjadi ketua penyusunnya,” imbuh Aton.
Proses panjang pengumpulan informasi pun dimulai. Tim yang dipimpin oleh Aton mengawali perjalanannya dengan mempelajari bagaimana Batik dan Keris bisa ditetapkan sebagai WBTB UNESCO.
Mereka menemukan, sebelum diusulkan ke UNESCO, gamelan harus tercatat lebih dulu di tingkat Nasional.
"Kemudian dari proses pencatatan di tingkat nasional itu, kami juga harus melalui proses seleksi bersaing dengan para pengusul-pengusul lain yang telah tercatat dipilih mana yang terbaik untuk diusulkan di tingkat UNESCO," lanjut dia.
Tak muluk-muluk, Aton dan semua anggota tim termasuk Rahayu Supanggah memutuskan menggunakan nama Gamelan Surakarta dan Yogyakarta dalam pencatatan WBTB di tingkat Nasional.
Naskah gamelan itu pun disusun. Di dalamnya ada informasi tentang sejarah, tentang etimologi, informasi fisik, jenis instrumen dan data musikal.
Selain itu, ada juga data sosial, nilai-nilai budaya, proses pewarisan dan pengembangan sampai rencana-rencana aksi melengkapi kelengkapan informasi yang harus disajikan.
Salah satu syarat lain adalah membuat video berdurasi 10 menit. "Pada 2014 itulah kita sempat presentasi sekali ke sana tuh. Akhirnya tercatatlah Gamelan Surakarta-Yogyakarta sebagai warisan budaya tak benda di tingkat nasional pada tahun 2018," jelas di tengah susasa kanti kampus ISI Surakarta yang kian riuh.
Ketua Tim Penyusun Draf Pengajuan Gamelan ke UNESCO Aton Rustandri Mulyana memiliki pesan penting seusai Gamelan diakui dunia.
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jateng di Google News