Dari Solo Menembus UNESCO, Sejarah yang Tak Sekadar Euforia

Terbentuklah tim gabungan yang beranggotakan, Tim Pusat Penelitian Kebijakan Kebudayaan serta BPNB dari Jakarta, Yogyakarta, Bali, Jawa Barat, Sumatra dan Kalimantan untuk bersama-sama melakukan riset tentang gamelan.
Aton mengatakan, Tim Solo saat itu mendapat 2 lokasi, dirinya dan Raji melakukan riset di Banjar, Kalimantan Selatan, sedangkan satu lokasi lain, yakni Surabaya dan Madura dilakukan oleh El Suwardi dan rekannya.
Selain mengumpulkan data baru dan bertemu dengan masyarakat pemilik, tim juga melakukan pendokumentasian serta meminta dukungan dari komunitas-komunitas yang menjadi subjek penelitian.
Memandang awak JPNN yang secara khusus mewawancarainya, Aton semakin tak kuasa menahan rasa haru karena kesenanganya saat mengucapkan, “Tahun 2019 itu sudah kami kirim ke Paris. Ada beberapa kali rapat kan waktu, rapat penyamaan presepsi. Saat itu kami rapat dari Jakarta, Solo, ada yang di kampus dan di hotel daerah Pasar Kembang Surakarta. Akhirnya, ada satu kata waktu itu, bungkus!”
Pada 2020 tim diminta kembali untuk memperbarui surat dukungan yang menggunakan versi Bahasa Indonesia menjadi Bahasa Inggris.
“Yang jelas saya sangat berterima kasih, usaha kami dikabulkan oleh Yang Maha Kuasa,” ungkapnya menjelang akhir obrolan.
“Yang membuat saya paling senang adalah ibarat apa yang sedang diidamkan Prof. Panggah, walaupun beliau sampai mendahului kami, akhirnya impian beliau itu terwujud. Saya merasa senang karena amanah beliau itu terus bisa kami tuntaskan,” lanjutnya.
Baginya, penetapan oleh UNESCO tidaklah pantas dijadikan sebagai sebuah euforia.
Ketua Tim Penyusun Draf Pengajuan Gamelan ke UNESCO Aton Rustandri Mulyana memiliki pesan penting seusai Gamelan diakui dunia.
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jateng di Google News